Kamis, 17 November 2011

Ikan vampire mematikan yg bsa mengalahkan piranha

Candiru, Ikan Vampir dari Brazil









Sungai Amazon merupakan tempat tinggal berbagai macam hewan yg penampilannya sering kali begitu unik & tidak ditemukan di belahan dunia lain. Misalnya saja ikan arapaima raksasa, ikan kerabat arwana yg ukurannya bisa mencapai beberapa meter. Namun, wilayah Sungai Amazon juga menjadi tempat tinggal bagi hewan-hewan yg terkenal berbahaya seperti piranha atau pari air tawar. Hewan lain yg dianggap berbahaya adalah ikan candiru. Apa itu candiru & apa yg menyebabkan ia disebut-sebut sebagai ikan yg berbahaya?


Ikan candiru sebenarnya merupakan anggota dari ordo ikan lele (Siluriformes), namun ukuran mereka jauh lebih kecil dari ikan lele kebanyakan. Yg terbesar diketahui hanya bisa tumbuh hingga sepanjang 15 cm, namun sebagian besar dari mereka berukuran kurang dari 5 cm. Tubuh mereka transparan & mereka banyak menghabiskan waktu di dasar air sehingga keberadaannya sulit diketahui. Mereka bisa ditemukan di Sungai Amazon & Orinoco, Amerika Selatan. Ada beberapa ikan yg disebut sebagai candiru & semuanya termasuk dalam famili Trichomycteridae, namun pembahasan akan difokuskan pada spesies Vandellia cirrhosa yg paling populer sebagai "ikan lele vampir" karena kebiasaannya menghisap darah ikan lain.


Ikan candiru merupakan ikan parasit yg hidup dengan menghisap darah dari ikan lain. Dalam keadaan biasa, mereka lebih banyak berenang lambat di dasar air. Namun, begitu mereka mendeteksi keberadaan nitrogen di air (yg merupakan hasil respirasi ikan), mereka langsung bergerak dengan cepat ke arah sumber nitrogen tersebut. Begitu mereka menemukan mangsanya, mereka langsung masuk ke dalam celah insangnya, menggigit pembuluh aorta dalam insang ikan tersebut dengan giginya yg seperti jarum, kemudian mulai menghisap darahnya sambil menancapkan duri pada tutup insang candiru untuk berpegangan. Ikan ini hanya memerlukan waktu antara 30-145 detik untuk mengisap darah mangsanya & sesudah itu, ia segera menjatuhkan diri ke dasar sungai untuk menghindari pemangsa saat mencerna makanannya lebih lanjut.


Beberapa ikan yg menjadi inang utama candiru telah mengembangkan cara-cara khusus untuk mengantisipasi serangan candiru. Ikan tambaqui (Colossoma macropomum) yg punya penampilan mirip ikan piranha namun berukuran besar & hanya memakan biji-bijian misalnya, memiliki caranya sendiri untuk mengusir candiru. Begitu tambaqui melihat atau merasakan bahwa candiru akan memasuki insangnya, ia segera menekan candiru tersebut dengan tutup insangnya & memaksa candiru tersebut meninggalkan insang. Tambaqui juga bisa menggunakan sirip dadanya untuk "menampar" candiru kembali ke air. Opsi terakhir yg paling efektif tapi juga agak membahayakan pelakunya adalah tambaqui menutup rapat-rapat mulut & celah insangnya sehingga menghentikan proses respirasi untuk sementara waktu. Dengan cara ini, tidak ada senyawa nitrogen yg lepas keluar ke air & ikan candiru tidak memiliki celah untuk memasuki insang korbannya.


Ikan candiru juga populer karena ia diketahui menyerang manusia yg sedang mandi atau pipis di sungai. Metodenya kurang lebih sama dengan apa yg ia lakukan ketika menyerang ikan lain. Begitu ada orang yg pipis di dalam air, candiru segera bergerak sangat cepat ke alat kelamin orang yg pipis tersebut, lalu masuk ke dalamnya (ke uretra) sehingga menyebabkan rasa sakit luar biasa pada orang yg sedang sial tersebut. Kalau sudah begini, ikan itu harus cepat-cepat dikeluarkan. Penduduk asli biasa menggunakan tanaman jagua/jenipapo (Genipa americana) & apel Buitach yg dimasukkan ke dalam saluran kelamin. Bila lubang kelaminnya terlalu sempit, mereka akan mengolahnya menjadi ekstrak terlebih dahulu. Mereka percaya kombinasi kedua tanaman tersebut bisa membunuh & melarutkan tubuh ikan yg ada di dalam alat kemaluan. Di zaman sekarang, ikan ini bisa dikeluarkan dengan jalan operasi atau pembedahan. 


Para ahli percaya candiru tidak benar-benar mengincar alat kelamin manusia. Ia hanya tertarik pada nitrogen yg berasal dari urine yg dikeluarkan manusia sehingga salah menyangkanya sebagai insang ikan korbannya. Para ahli juga percaya ikan ini kemungkinan besar tidak akan menyerang manusia yg sedang pipis bila air seninya hanya murni mengandung air & tidak mengandung urea atau bahan-bahan lain yg mengandung nitrogen. Sejauh ini satu-satunya upaya paling aman untuk menghindari ikan ini adalah tidak melakukan aktivitas buang air atau membasuh diri di sungai-sungai tempatnya tinggal. Belakangan ini sedang dikembangkan usaha-usaha untuk membuat sungai itu tetap bisa dipakai namun aman dari serangan ikan tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar