Cara Mengatasi Rasa Putus Asa
Putus asa adalah sikap yang sangat pesimis, baru mencoba sekali lalu bilang tidak bisa. Ingat orang-orang hebat terdahulu seperti james watt. dia mencoba melakukan eksperimen sampai 1000 kali baru bisa menemukan lampu. dan yang terutama contohlah nabi besar kita , Nabi Muhammad SAW yang tidak prnah putus asa dalam mengajarkan dakwah kepada umatnya.
Putus asa akan menghampiri kita saat kita merasa sudah berusaha sekuat tenaga tapi tidak membawakan hasil sama sekali atau mari kita ibaratkan seseorang yang menjalankan puasa. Bagi yang tidak biasa puasa pasti akan terasa berat dan merasa waktu seakan berhenti. Igin segera minum, makan yang banyak dan lain sebagainya. Hingga akhirnya seseorang itu memutuskan untuk membatalkan puasanya karena merasa tidak kuat lagi dan akhirnya sia-sia sudah apa yang telah diusahakannya.
Sering kali seseorang mengalami keputus asaan dalam kehidupan sehari hari, mungkin putus asa karena sesuatu hal, baik itu pekerjaan, pelajaran, percintaan, dan banyak hal lain yang menyebabkan rasa itu datang pada kita.
Atau mungkin yang sedikit mirip dengan putus asa adalah pesimis. Hampir semua orang pernah mengalami penyakit ini. Biasanya orang yang terkena penyakit pesimis cenderung selalu merasa akan gagal dan takut akan sesuatu hal, baik itu pekerjaan, pergaulan, pelajaran dan hal-hal lain yang belum di hadapi atau yang lebih pasnya adalah sesuatu yang akan dihadapi. Selain itu, mereka yang pesimis akan merasa minder dalam pergaulan karena merasa tidak mampu atau merasa teremehkan.
Kira-kira apakah yang menyebabkan rasa itu muncul ?
Bagaimana cara mengatasi rasa putus asa ?
Mungkin orang bilang, dengan membuat orang lain bahagia kita akan ikut bahagia. Bukankah itu pepatah lama yang sudah saatnya di tinggalkan ? Cobalah untuk peduli pada diri kita, pribadi kita, kebahagiaan kita, pendidikan kita atau semua tentang kita tapi bukan berarti kita harus bersikap egois. Tentu saja tanpa harus mengesampingkan kepentingan sosial.
Dengan peduli pada pribadi kita, maka kita akan tahu apa yang kita butuhkan dan apa yang terbaik untuk kita.
Sering kali seseorang mengalami keputus asaan dalam kehidupan sehari hari, mungkin putus asa karena sesuatu hal, baik itu pekerjaan, pelajaran, percintaan, dan banyak hal lain yang menyebabkan rasa itu datang pada kita.
Atau mungkin yang sedikit mirip dengan putus asa adalah pesimis. Hampir semua orang pernah mengalami penyakit ini. Biasanya orang yang terkena penyakit pesimis cenderung selalu merasa akan gagal dan takut akan sesuatu hal, baik itu pekerjaan, pergaulan, pelajaran dan hal-hal lain yang belum di hadapi atau yang lebih pasnya adalah sesuatu yang akan dihadapi. Selain itu, mereka yang pesimis akan merasa minder dalam pergaulan karena merasa tidak mampu atau merasa teremehkan.
Kira-kira apakah yang menyebabkan rasa itu muncul ?
- Tidak adanya motivasi untuk mencapai suatu tujuan hidup. Seperti halnya orang berjalan pasti punya tujuan kemana akan pergi.
- Terlalu pesimis untuk menang karena merasa gagal lagi dan gagal lagi. Hal seperti inilah yang membuat kita tidak mampu. Mungkin sebenarnya kita mampu, tapi karena rasa pesimis akhirnya gagal lagi dan gagal lagi.
- Mudah menyerah. Sering kali kita gampang menyerah karena beberapa kali mencoba selalu gagal dan akhirnya putus asa.
Bagaimana cara mengatasi rasa putus asa ?
- Tentukanlah tujuan hidup. seumpama kita ingin memasak, pasti hal pertama yang harus dilakukan adalah menentuka apa yang ingin dimasak, setelah itu bahan bahannya, bumbu masakan, dan lain sebagainya. seperti halnya kita hidup di dunia harus punya tujuan pasti, setelah itu proses mencapai tujuan itu.
- Punya motivasi yang besar. Bersemangatlah dalam menjalani proses kehidupan maka segalanya akan terasa ringan.
- Bekerja keras. Teruslah bekerja keras agar tujuan hidup cepat tercapai.
- Berdo'alah. setelah ikhtiar pastinya kurang sempurna kalau tanpa do'a.,
Mungkin orang bilang, dengan membuat orang lain bahagia kita akan ikut bahagia. Bukankah itu pepatah lama yang sudah saatnya di tinggalkan ? Cobalah untuk peduli pada diri kita, pribadi kita, kebahagiaan kita, pendidikan kita atau semua tentang kita tapi bukan berarti kita harus bersikap egois. Tentu saja tanpa harus mengesampingkan kepentingan sosial.
Dengan peduli pada pribadi kita, maka kita akan tahu apa yang kita butuhkan dan apa yang terbaik untuk kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar